Kebun Kita - 16 Oktober diperingati sebagai
Hari Pangan Dunia. Tahun ini temanya adalah "Pertanian Keluarga: Memberi
Makan Dunia, Merawat Bumi". Australia Plus bertemu dengan beberapa
keluarga di Australia, untuk bertanya pendapat mereka tentang pertanian
keluarga.
Agustinus
Wibowo, asal Medan, tinggal di Adelaide, Australia Selatan bersama istrinya,
Henny Chandra dan dua anak mereka, Jeffry dan Kelly. Pada awalnya Agustinus
hanya menanam di belakang rumahnya sebagai hobi. Tetapi kini telah menjadi
lebih dari sekedar kegemaran, karena kebunnya menghasilkan kebutuhan pangan
setiap minggunya.
"Saat
kita pindah empat tahun lalu, kebun dibelakang tersebut gundul," ujar
Agustinus. "Kemudian saya mencoba menanam beberapa jenis buah-buahan. Ada
aprikot, pir, jeruk mandarin, plum, mangga, jeruk limau, cherry, jambu, jeruk
purut, pisang, anggur. Kita juga menanam cabai, bit, dan kacang polong."
Agustinus adalah lulusan sarjana pertanian
dan sekarang bekerja sebagai tukang kebun panggilan di Adelaide, jadi menanam
bukan sekedar pekerjaan, tetapi sebuah kecintaan.
"Saya menyukai apapaun yang berhubungan
dengan alam," ujarnya. "Ada kesenangan saat kita bisa mendapatkan
sesuatu yang kita makan dan nikmati."
Keluarganya pun kita telah menjadikan
berkebun sebagai kegemaran.
"Kita punya empat ayam, itu ide putri
saya, Kelly. Ia tidak mau memelihara kucing atau anjing, tapi ayam. Jadi ada
sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak, mengambil telur."
"Awalnya tidak terpikir soal pertanian
keberlanjutan, tapi sekarang dengan semua pohon-pohon yang ada, melindungi
keluarga kami dari matahari pagi, rasanya lebih nyaman. Baru-baru ini kami juga
memasang tangki air, sehingga kita bisa menampung air hujan untuk menyirami
tanaman. Ini adalah cara untuk menjaga lingkungan, di saat yang bersamaan
menghemat pengeluaran," ujarnya.
Steven Zezos
dan keluarganya memiliki perternakan di kawasan Tallarook, Victoria. Mereka
memelihara ayam, sapi, dan babi, yang juga dipasok ke toko-toko daging dan
restoran.
"Tak
ada yang lebih memuaskan selain memilki kehidupan yang selaras dengan
alam," ujar Steve. "Langsung berhubungan dengan sumber pangan dan
belajar memakan sesuatu sesuai dengan musimnya adalah hal yang sangat berharga
dalam hidup ini. Saya melihatnya sebagai bentuk tanggung jawab sebagai seorang
ayah untuk mengajarkan anak-anak soal bagaimana makanan mereka dibuat.”
Steven dibesarkan dengan keluarga peternak
dan saat ia kembali menjadi peternak dua tahun lalu, ia mengaku seperti kembali
ke asalnya.
Peternakannya, "Life on the Land",
didasarkan pada prinsip-prinsip regenerasi. "Kita perlu berternak dan
bertanam yang meninggalkan lingkungan menjadi lebih baik setelah dipakai dan
dipanen; lebih subur," katanya.
"Peternakan
pun telah menghubungkan keluarga saya dengan cara yang spesial, setiap makanan
yang kita konsumsi memperbarui tanah yang kita gunakan."
"Dan menjadi kepuasan tersendiri saat
konsumen mengatakan daging ayam, sapi, dan babinya adalah yang paling terenak,
yang pernah mereka makan. Untuk memproduksi pangan, tanpa bahan kimia, bagi
kesehatan warga adalah hal yang menyenangkan bagi kami, sebagai petani."
Loraine
Gilmore adalah peternak generasi ketiga di Benambra, sekitar 430 kilometer dari
Melbourne. Peternak wanita ini memiliki lebih dari 200 sapi dan lebih dari 120
domba di peternakannya yang seluas lebih dari 161 hektar.
"Menjadi peternak bisa sulit, tetapi
saya mencintai pekerjaan ini," ujar Loraine. "Mungkin kini kita tidak
sekaya generasi sebelumnya, tapi kita kaya dengan pengalaman."
Kawasan Benambra memang dikenal dengan hewan
ternak berkualitas tinggi, selain juga lelang tahunan ternaknya yang selalu
menarik pembeli dari seluruh penjuru Australia.
Tapi, seperti beberapa kawasan pedalaman
Australia, kawasan Benambra juga pernah mengalami kekeringan selama beberapa
dekade dan kebakaran semak-semak yang hampir menghancurkan kawasan tersebut dan
menyebabkan gunung-gunung menjadi hangus di tahun 2003.
"Cuaca yang ekstrim semakin sering
terjadi," ujar Loraine. "Anak-anak muda sudah meninggalkan kawasan
ini, menyedihkan."
Kini populasinya hanya tinggal 239 orang.
Sebuah sekolah dasar bahkan terpaksa ditutup di tahun 2002, karena jumlah
muridnya yang terus merosot.
Kini harapan terbesar Loraine adalah ada satu
diantara empat anak-anaknya yang akan meneruskan peternakan keluarga, yang
sudah dijalankan turun temurun.
"Kini mereka telah menikah dan tinggal
di kota, tapi saya berharap suatu hari nanti mereka akan kembali,"
ujarnya.
John (ZHI Gang) Zhuang dam keluarganya
memiliki kebun jeruk limun, atau lemon, di kawasan Lembah Yarra, Melbourne
timur.
Kebunnya ini tercatat menjadi kebun jeruk
limun terbesar di Australia. Luasnya mencapai lebih dari 55 hektar dengan 17
ribu pohon jeruk limun. Mereka memasok limun ke jaringan supermarket di
Australia. Diantara komunitas Cina, John dikenal dengan sebutan, "Raja
Lemon".
"Banyak
yang bertanya, kenapa lemon?" ujarnya. "Jawabannya karena lemon bisa
menghindari kanker jika dikonsumsi satu setiap hari. Sama halnya seperti
ginseng di Cina, jeruk limun pun punya khasiat sakti."
Sebelum tiba di Australia di tahun 1990, John
adalah seorang petani di Provinsi Fujian, Cina.
"Bagi
saya, ini adalah hal alami untuk berkebun, Ini bisa saya lakukan lebih baik
daripada orang lain," jelas John.
Sebelum
pindah ke negara bagian Victoria, John pernah bekerja di kebun buah-buahan di
Australia Selatan selama 10 tahun.
"Dimana
saja, berkebun selalu membutuhkan usaha, tapi hati saya ada di kebun jeruk
limun. Sekarang seluruh keluarga saya semua terlibat."
Di tahun 2009, kebakaran menghantam kebun
buah-buahan milik keluarganya, dan menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah.
"Sangat menyedihkan," ujar John.
"Kita harus menanam lagi selama beebrapa tahun, hampir-hampir memulai
bisnis lagi dari bawah." Tapi ia mengaku kini keadaannya sudah seperti
semula, bahkan sedang berusaha untuk mengembangkan bisnisnya.
"Saya percaya dengan masa depan industri
pertanian Australia yang cerah. Ada permintaan tinggu dari Cina untuk
produk-produk segar Australia, sekarang ini."
John juga aktif dalam asosiasi petani di
Victoria dan ia mencoba membantu para petani lokal untuk mendapat akses
memasarkan produknya ke pasar Cina.(ABC Radio Australia)
0 komentar:
Posting Komentar